Prodi

Kajian Public Relation Di Perguruan Tinggi Islam

Kajian Public Relation Di Perguruan Tinggi Islam

Primi Rohimi*


 

Public Relation merupakan kajian yang bermula dari Barat sehingga sampai sekarang perkembangan tentang profesi, pendidikan, dan kajian tentang kehumasan, masih didominasi oleh sudut pandang dari Barat. Ini misalnya dapat dibuktikan dengan mudah dari penamaan Public Relation (selanjutnya disingkat dengan PR) yang merupakan istilah yang diambil dari Bahasa Inggris public dan relation. Di Indonesia, istilah ini diterjemahkan menjadi Hubungan Masyarakat atau sering disingkat sebagai Humas. Dominasi Barat dalam perkembangan PR juga dapat dilihat dari berbagai kutipan dan referensi dari Barat yang cenderung lebih sering dirujuk dari pada selain Barat. Hal ini tidak dapat dihindari karena kajian PR dengan perspektif selain Barat pun cenderung jarang dilakukan dan dipublikasikan. Sementara itu, praktisi, akademisi, dan ilmuwan PR dari Barat produktif melakukan kajian dan ditunjang dengan kesadaran publik akan urgensi PR.

 

Perspektif Barat Tidak Selalu Relevan

Namun sebetulnya, fakta di lapangan menunjukkan bahwa PR perspektif Barat tidak selalu sesuai dengan aplikasi di wilayah yang memiliki perbedaan budaya, seperti misalnya wilayah Asia. Referensi dari Barat dinilai terlalu Amerika sentris sehingga cenderung tidak relevan dengan masyarakat di luar kultur Amerika (Sriramesh, 2009). Apalagi kemudian ketika PR perspektif Barat ini diaplikasikan di negara mayoritas Muslim yang memiliki sudut pandang yang cenderung berbeda dari Barat. Ketidaksesuaian PR perspektif Barat dengan selain Barat misalnya kasus-kasus yang dijadikan sebagai contoh, tidak dikenal luas. Selain itu tradisi PR yang menyangkut lokalitas sangat dimungkinkan berbeda, seperti dapat dicontohkan dalam hal kearifan lokal. Di Barat, salah satu strategi untuk menciptakan hubungan yang baik adalah dengan jamuan makan malam, minum anggur atau bermain golf. Di Indonesia, untuk menciptakan hubungan yang baik, tidak harus dengan jamuan makan malam apalagi minum anggur dan main golf.

 

Dari perbandingan tersebut maka dapat dikatakan bahwa melakukan kajian PR dengan perspektif selain Barat khususnya perspektif Islam adalah suatu hal yang mendesak. Bahkan, para praktisi, akademisi, dan ilmuwan PR muslim perlu segera mewacanakan PR dengan perspektif Islam ini di dunia industri, pendidikan, dan area publik. Sebetulnya tidak sekedar mewacanakan, tapi praktisi, akademisi, dan ilmuwan PR muslim harus segera memperbanyak produksi dan publikasi kajian PR dalam perspektif Islam. Bahkan, bukan hanya praktisi, akademisi, dan ilmuwan PR muslim saja yang perlu melakukan hal itu, non muslim pun akan melihat tren ini sebagai peluang bagi profesionalisme mereka.

 

Kajian PR di Perguruan Tinggi Islam

Kajian PR perspektif Islam di lingkup pendidikan dapat disebutkan dalam bentuk kehadiran PR sebagai salah satu mata kuliah di perguruan tinggi Islam. Mata kuliah PR di Jurusan Dakwah dan Komunikasi merupakan mata kuliah yang bertujuan memberikan wawasan dan keahlian PR pada mahasiswa sehingga menunjang kompetensi mereka. Meskipun mata kuliah ini memiliki bobot SKS yang relatif sedikit namun dapat memberikan kontribusi nuansa keislaman dalam kajian PR. Selain di tingkat perguruan tinggi, beberapa SMK dengan kompetensi Pariwisata yang berada di bawah yayasan berbasis Islam juga memiliki mata pelajaran PR yang tentunya penting mereka ketahui sebagai bekal dasar berhubungan dengan dunia kerja. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kompleksitas kajian PR dengan perspektif Islam memiliki masa depan yang cerah dan panjang.

 

*Penulis adalah mahasiswi S3 Studi Islam UIN Walisongo Semarang; dosen Dakwah dan Komunikasi STAIN Kudus; anggota ELKASYF, Litbangkominfo PC Muslimat NU Kudus, dan Ketua Yayasan Aboesiri Klambu.

Share this Post: